Pages

Sabtu, 16 April 2011

Maaf


Udara siang itu sangat panas dan terasa menyengat aku dan temanku berniat untuk browshing siapa tau bisa dapat referensi buat desain kaos, nyari signal di masjid sekolah gak kesampaian padahal laptop sudah tak bawa skalian cargernya. pening mikir dan twing... twing... ingat kalo punya teman di kantor pusat, kebetulan jarak kantor pusat ma masjid ndak jauh, dan syukur Alhamdulillah temanku belum pulang, ahirnya bisa juga dapat signal buat browshing. tempate sejuk ber-AC lagi,, wah wah ni namanya “pucuk di cinta ulam tiba” bikin betah aja, dan saking asyiknya browshing dan tak lupa On line,,, On line,,, tanpa sadar udara yang tadinya panas beralih menjadi mendung yang pekat, dan kayaknya langit dah hampir tak kuasa membendung kumpulan uap air untuk di kembalikan lagi ke bumi,,,
wadaw begitu mudahnya semua berganti, siapa sangka siang yang terik berubah jadi mendung kelabu begitu hebatnya. lumayan kaget juga see buruan ku kemasi laptop tak masukin ke dalam ransel kesayanganku, setengah berlari menuju parkiran suasana sangat sepi mungkin karna langit mendung jadi terkesan sangat sunyi, sambil lirik kanan-kiri masih ada beberapa motor yang mengisyaratkan tanda kehidupan di sana.
segera ku ambil motor dan langsung saja ku tancap gas, melesit menembus suasana hening siang itu, benar juga tak lama rintik hujan mulai sedikit menyentuh pipiku, segera aku menepi dan kenakan jas hujanku sebelum langit betul-betul menumpahkan airnya. suara petir begitu hebat menyambar menjadi penghias rinai hujan kala itu, tak henti ku ucap doa, ada perasaan hawatir apakah ini perjalanan terahirku, ada tiga kecamatan yang kulewati setiap kali aku berangkat kesekolah, sudah sampai dua kecamatan yang kulalui dan aku agak merasa lega, dan tanpa sadar tiba-tiba ada sepeda motor melintas di depanku, belum sempat aku menghentikan motorku tubuhkupun terpental hingga beberapa kali, dalam situasi seperti itu terbayang olehku laptop yang ada di tasku,,(wadaw koq laptop yang di inget, hahaha) dan saat tubuhku seperti terseret sempat juga berkata dalam hati untung pake helm hahaha.. orang-orang pun mulai mengerubungi aku, ku perhatikan kanan-kiri tak ada mobil yang melintas, syukurlah,setelah diam sesaat akupun menepi.
ku hampiri orang yang ku tabrak tadi dengan agak terengah aku berkata :”waduh pak, nyeberang kok gak lihat-lihat to pak..” sambil berlalu dia berucap :”lha. klu aq tau yo ndak gitu to nduk..” dan orang itu berlalu begitu saja, padahal aku masih kesakitan, dan motorku lumayan nie pedalnya sampai bengkong, riting rusak, bekal makanku berantakan, jas hujanku robek badan lecet-lecet lagi (walah dari bengong koq jadi nggerundel).
tapi aneh juga orang itu, dalam ketidak sengajaanya sudah buat orang lain rugi tapi mengapa tak satupun kata maaf terucap dari bibirnya, kalaupun toh dia tidak mau minta maaf aku juga mau minta maaf tapi gimana aku minta maaf wong begitu tau aku di tolong orang dia langsung pergi begitu saja.
sekarang bukan siapa yang harus memulai untuk minta maaf, tapi rupa-rupanya kewajiban meminta maaf setelah melakukan kesalahan sudah tidak begitu di indahkan, entah karena keegoisan dalam diri seseorang atau lebih di karenakan sifat pengecut yang di miliki begitu menghujam dalam alam fikirnya, hingga sekedar minta maafpun tak berani di lakukan. padahal bangsa kita di kenal santun, terus mengapa mengucap maaf saja tak berani?? mengapa ini terjadi??? mungkin karna pembiasaan yang dipupuk sejak kecil tentu masih ingat ya dulu waktu masih kecil saat kita terjatuh langsung terlontar kalimat “sudah gak papa, kodoknya dah lari” atau mungkin ada juga orang tua yang malah menendang jalanan sambil di kata-katai,  hingga ahirnya sampai besar jika berbuat kesalahan atau keteledoran tiada yang sampai hati untuk mengakuinya, walau hati mengaku salahpun tak mau meminta maaf, karna enggan, tidak mengaku salah, atau karna pengecut dan takut untuk mempertanggungjawabkan kesalahanya.
Dengan maaf tidak menjadikan rendah harga diri kita di mata Allah, justru dengan maaf kita akan semakin membesarkan jiwa kita. dan dengan memaafkan akan membbuat jiwa kita semakin mempesona, kepada siapa lagi kita kita harus mencari perhatian kalau bukan perhatian dari Allah sang pencipta.

Jumat, 15 April 2011

Mengapung Tenggelam


setiap saat dan setiap waktu kita bisa saja melakukan eksperimen dan kapan saja kitapun bisa menemukan ilmu baru dari kegiatan tersebut, seperti kegiatan yang ku buat siang ini bersama anak-anak didik ku. kalau harus selalu di dalam kelas dengan melihat gambar dan pajangan yang itu-itu saja akan menjadi kurang menarik, karna itu agar agak berbeda kali ini aku ajak mereka jalan-jalan keliling sekolah sebelum masuk kelas. melihat hasil biji jagung yang mereka tancapkan beberapa waktu lalu yang kini sudah menjadi tanaman, wah senengnya, sambil mengintip binatang-binatang kecil di pekarangan, tampaknya mereka suka. ada tokek di sela-sela dinding, ada bekicot, ada capung bahkan ada juga yang sempat ngelihat buah mangga dari halaman tetangga yang nyelonong masuk di pekarangan sekolah ku,, aha hihi... terlintas keinginan buat rujak ma anak-anak, uhuiy,,, hehehe... 
mengintip pada program pembelajaran ada satu indikator yang sudah beberapa kegiatan ku pakai, tapi ternyata masih juga bisa di aplikasikan pada kegiatan-kegiatan lain. yeah.. mencoba dan menceritakan apa yang terjadi jika : benda-benda di masukan kedalam air” begitulah bunyinya. 
kalau minggu lalu dengan indikator tersebut aku dan anak-anak bereksperimen dengan tepung dan pewarna yang di masukan kedalam air maka kali ini adalah mainan dan garam yang di masukan kedalam air. kiat menyebutnya dengan “permainan mengapung dan tenggelam”  

hal yang perlu di siapkan untuk permainan ini adalah ember / bak kecil, air, garam, berbagai objek yang bisa tenggelam / mengapung. sementara langkah-langkah permainan adalah :
-       air di tuangkan kedalam ember atau bak kecil
-       anak secara bergantian meletakan mainan kedalam air.
-       kemudian guru memasukan secangkir garam ke dalam air
-       anak-anak di minta lagi untuk memasukan  mainan kedalam air
-       setelah semua objek dimasukan guru memasukan lagi secangkir garam
-       anak-anak di minta memasukan lagi mainan kedalam air

selain indikator tersebut di atas dapat juga di masukkan indikator “Mengelompokkan benda dengan berbagai cara yang diketahui anak. Misalnya: menurut warna, bentuk, ukuran, jenis, dll” karna setelah kita bereksperimen kita bisa berdiskusi dengan anak tentang benda-benda yang dapat tenggelam atau mengapung di air.
 kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan  salah satu konsep sains yang penting yaitu bahwa air yang mengandung garam akan lebuh rapat dan bisa menahan berat lebih besar. dan kitapun bisa bercerita tentang keadaan air laut yang asin, jadi makin luaslah pembahasan, dan anak-anakpun jadi bersemangat bercerita tentang pengalaman mereka di laut.

Selasa, 12 April 2011

Membuat Sate Geometri


Menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak adalah tugas utama seorang pendidik, karna dengan suasana yang menyenangkan anak bisa lebih mudah menerima apa yang kita sampaikan dan mengaplikasikanya dalam kehidupan sehari-hari. Saat saya memilah dan memilih indikator untuk di masukan dalam kegiatan belajar mengajar yang akan saya aplikasikan pada anak, saat itu pula saya mencoba memikirkan kegiatan apa yang bisa saya gunakan agar bisa match dan tidak salah sasaran. hingga suatu ketika saya menemukan ide untuk membuat “SATE GEOMETRI” sebagai salah satu kegiatan untuk anak dapat lebih mudah mengenal bentuk-bentuk geometri.

Indikator Yang Bisa Tercapai dari permainan ini antara lain :
  1. menyebut dan menunjukan bentuk-bentuk geometri.
  2. memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk 2 pola yang berurutan 
  3. mencoba dan menceritakan apa yang terjadi jika : warna di campur, benda-benda di masukan kedalam air.
  4. Membilang dan menunjuk benda sampai 5 
Bahan-bahan dan alat yang diperlukan adalah :

Pemes, pelepah pisang, tusuk sate, air, tepung, pewarna




Bentuk Kegiatan
  1. Anak-anak menyebutkan bentuk-bentuk geometri dan di arahkan untuk membuat bentuk geometri berukuran kecil dari pelepah pisang
  2. pelepah pisang yang telah berbentuk geometri di tusuk dalam tusuk sate dengan pola-pola yang di tentukan guru
  3. murid membuat bumbu sate, dari air yang di campur dengan tepung dan di beri pewarna. 
  4. guru melakukan evaluasi kegiatan dengan siswa dan siswa menceritakan pengalaman membuat sate